PENTINGNYA BERIMAN PADA HARI AKHIR


Oleh: Yuyun Rumiwati

Rukun iman yang keenam adalah iman pada hari akhir. Percaya dengan seyakin-yakinnya tentang hari kiamat dan hari kebangkitan. Di hari itu manusia dikumpulkan untuk dihisab segala amal perbuatannya dengan seadil-adilnya.

وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
"Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan." (QS. Az-Zumar: 69)

Tentu akan berat mengimani hari akhir dan hari pembalasan bagi orang yang tidak mengimani kebenaran Al-Qur'an. Karena iman pada hari akhir dalilnya naqli (yang tertulis dalam Al-Qur'an).

Untuk meyakini kebenarannya harus didahului dengan menemukan jalan iman secara mustanir (berfikir cemerlang). Akan adanya Allah sebagai sang pencipta dan pengatur.

Keyakinan adanya Nabi sebagai utusan Allah yang membawa risalah Rabb-Nya. Dan keberadaan Allah. Kebenaran Rasulullah Muhamad sebagai utusan Allah serta kebenaran Al-Qur'an sebagai utusan Allah terbukti secara akal.

Oleh karena itu tidak perlu ada keraguan sedikitpun tentang apa yang dikabarkan dalam Al-Qur'an, termasuk adanya pengadilan di akhirat.

Apa yang bisa kita ambil dari keimanan terhadap hari akhir?

Pertama: Kita semakin berhati-hati dalam berfikir, berkata dan bertindak. Karena sekecil apapun yang kita lakukan akan ada pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Kedua: Optimis dan tidak mudah putus asa.

Saat kita melihat kezaliman demi kezaliman semakin congkak, arogansinya seakan tidak terkalahkan dengan segala tipu dayanya membohongi umat. Maka kita yakin bahwa Allah maha melihat dan maha adil. Dan akan membalas dengan seadil-adilnya dan sedetail-detailnya siapaun yang sengaja menzalimi umat. Bahkan mengatasnamakan kepentingan umat untuk melegalisasi kepentingan duniawi.

Ketiga: Tidak tertipu kenikmatan dunia.

Kejadian akhirat yang amat panjang menjadi pelajaran tersendiri, agar manusia tidak mudah tertipu dunia yang sementara.

Dunia yang sementara seharusnya menjadi lahan amal untuk berbekal di hari akhirat yang panjang nan kekal.

Keempat: Semakin rindu Al-Qur'an sebagai aturan kehidupan manusia.

Betapa kita sadari di era ini, manusia banyak yang lupa dan lalai akan dasyatnya peristiwa hari akhir. Dampaknya kehidupannya hanya terfokus pada kenikmatan dunia.

Kondisi ini tidak lepas dari sistem kapitalisme yang melingkupi dunia saat ini. Kapitalisme yang berorientasi pada kebahagiaan diukur dari materi, telah membius manusia hanya berfokus pada nikmat dunia dan lalai terhadap kenikmatan hakiki yaitu akhirat.

Kondisi ini menunjukkan butuhnya sebuah sistem yang mensuasanakan keimanan. Dengannya umat akan terpacu beraktivitas di dunia bukan sekadar untuk dunianya. Tapi untuk bekal akhirat.

Hidup bervisi dan bermisi akhirat inilah yang melahirkan manusia beradab dan manusia mulia di hadapan Rabb-Nya. Yang mampu melaksanakan misi khalifatul ard, yang akan mewujudkan Islam rahmatan lil'alamim dalam naungan sistem Islamiyah.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Post a Comment

較新的 較舊

Iklan In-Feed (homepage)

https://www.profitablecpmrate.com/k571cm1jud?key=58ebfa57b7558b15e41bc7bb55a03f31

Update