Oleh: Ramsa
Muslim yang baik adalah muslim yang taat pada Allah dan RasulNya. Ketaatan itu memerlukan ilmu. Butuh mengkaji banyak hal. Karena taat merupakan kunci mendatangkan kebaikan.
Taat atau tunduk merupakan kata yang memiliki makna luas. Taat bermakna tunduk atau takut pada Allah. Tunduk taat atau patuh. Patuhi apa saja yang diperintahkan dan mesti jauhi larangan-Nya.
Kepatuhan pada perintah akan lahir saat kita bisa mengetahui dan memahami mana perintah-Nya. Misal sebagai contoh dalam surat Al-Baqarah saja sudah ada beberapa perintah yang wajib. Kewajiban beriman kepada Allah dan rasul, wajib masuk Islam secara sempurna (Al baqarah 208), semuanya adalah perintah Allah ﷻ yang wajib dijalankan. Namun sedikit muslim yang mau mengkaji Islam kaffah itu bagaimana, dan apa saja cakupannya.
Ketika Allah ﷻ memerintahkan puasa di bulan ramadan sebagian besar kaum muslimin mampu menjalankan dan banyak yang mau mempertanyakan syarat, dan rukun puasa itu apa saja, agar bisa puasa yang benar. Tatkala Allah mengabarkan tentang kewajiban berjihad atau berjuang melakukan amar ma'ruf nahiy mungkar, sedikit orang saja yang mau memahami makna jihad secara syar'i.
Ini menjadi bukti bahwa ketaatan atau ketundukan pada syariat Allah itu masih sulit dikerjakan. Masih terasa berat, dan masih banyak yang pilih-pilih syariat mana yang mau dikerjakan mana yang gak dikerjakan.
Padahal Allah ﷻ memerintahkan manusia untuk taat secara total kepada semua Perintah-Nya. Larangan zina wajib dijauhi apapun bentuknya. Jika muslim mau menjadikan ketundukan pada syariat sebagai perhiasan dirinya niscaya akan menjadi pengatar pada takwa yang sesungguhnya. Takwa yang menjadikan seorang muslim mau belajar dan mencari tahu tentang perintah dan larangan Allah ﷻ. Memahaminya buat diri sendiri dan mendakwahkannya ke orang lain agar semakin banyak yang taat, semakin banyak yang saling menyayangi karena Allah ﷻ.
Ketaatan itu butuh pengorbanan dan pembuktian. Di dunia pembuktiannya yakni saat kita mau berjuang menjaga aturan Allah, menerapkannya dalam kehidupan pribadi dan menjalankannya dalam hidup bermasyarakat. Tentu karena luasnya syariat Islam, tidak semua syariat itu bisa dijalankan. Misalnya syariat qishas atau hukuman setimpal bagi pembunuh atau perusak misalnya. Tidak mudah menjalanknnya karena sedikit yang paham dan tidak ada kesadaran yang sama di tengah masyarakat tentang wajibnya hukuman setimpal.
Padahal jelas sekali Allah ﷻ memerintahkan Muslim untuk takwa, tunduk patuh tanpa memilih atau memilah syariat mana yang mau dikerjakan. Mari renungkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 21, berikut ini:
يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya :
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa"
Meyembah dengan cara yang sesuai aturan-Nya. Menyembah atau beribadah sesuai syariat Islam, tidak sebatas ibadah ritual namun luas dan mencakup ibadah dalam artinya penyembahan dan mengaagungkan Allah ﷻ dengan taati semua aturan dalam Islam. Baik perintah atau larangan-Nya semua wajib diketahui, dipahami lalu dijalani, sehingga mudah diajarkan. Di sinilah urgensi memcari ilmu terus menerus, kaji Islam agar bisa dipahami, sehingga muncul ketaatan dan ketundukan terbaik.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
發佈留言