AZAB YANG KERAS


Oleh: Yati Azim

Kita tak pernah tahu seperti apa akhir hidup ini. Kitapun tak tau apakah setelah di akhirat kita akan mendapatkan surga atau justru neraka. Semuanya itu hak prerogatif Allah ﷻ atas seluruh hamba-Nya.

Jika info tentang azab sudah Allah ﷻ sampaikan dari dalam Al-Qur'an, dan kitapun mengetahui kehidupan akhirat itu pasti, lalu azab itu benar. Maka, tak selayaknya kemudian kita menjadi manusia yang panjang angan.

Ya, manusia yang panjang angan itu merasa bahwa masih banyak kesempatan untuk beramal sholeh. Masih bisa santai dan masih leluasa menikmati kehidupan dunia. Seakan-akan ia lupa jika usia manusia itu ada batasnya. Sungguh, kitakah insan itu?!

Astaghfirullah, semoga kita tak termasuk manusia yang panjang angan. Sebab, jika hal ini ada pada kita maka selayaknya kita banyak-banyak introspeksi diri. Banyak-banyak memikirkan kembali hakikat hidup manusia. Ya, hakikat hidup kita sendiri.

Dengan memikirkan hakikat hidup maka akan mendorong kita untuk bersiap-siap masuk pada sesi kehidupan berikutnya, yaitu sesi alam barzah. Inilah tips ampuh agar kita senantiasa melakukan segala yang Allah ﷻ pinta. Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi?!

Sedangkan penciptaan Allah ﷻ atas azab itu sebuah kebenaran. Ini bukan hoax. Bukan juga hayaliu. Azab itu pasti, seperti kepastian adanya kelahiran dan kematian. Dan seperti adanya manusia yang ingkar maupun taat. Siang maupun malam. Matahari terbit maupun matahari terbenam. Semua itu pasti.

Kemudian, azab itu tentunya akan ditempatkan oleh insan yang mengingkari. Semakin ingkar ia, maka semakin keras siksaannya. Tempat yang kelak pasti ada penghuninya. Bagaimana mungkin ada azab yang Allah ﷻ ciptakan jika Allah ﷻ sendiri lalai dari ingkarnya manusia? Tidak, Allah ﷻ tidak mengingkari apa yang Allah ﷻ sampaikan dalam Al-Qur'an. Astaghfirullah...

Inilah peringatan yang keras dan pasti. Jika manusia inginkan selamat maka ia akan mengaktifkan proses berpikir untuk memikirkan hakikat takwa. Hakikat dirinya. Inilah nikmat akal yang bisa digunakan manusia untuk menimbang-nimbang perbuatan mana yang faedah maupun yang un-faedah.

Jika ia faedah maka ia sejalan dengan syariat. Berjalan sesuai konteks takwa. Ia tidak menyelisihi apalagi mengingkari. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang lembut hati dalam menerima nash-nash Al-Qur'an. Aamiin~

أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ آمَنُوا ۚ قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا
"Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu," (QS. At-Talaq Ayat 10)

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Post a Comment

較新的 較舊

Iklan In-Feed (homepage)

Update